Sabtu, 16 Mei 2009

Sepuluh tahun terakhir, jumlah perempuan yang bekerja di bidang film terus bertambah dan mampu memberi warna tersendiri di dunia perfilman Indonesia. Sutradara film "Pasir Berbisik", Nan T Achnas kepada ANTARA di Jakarta, Jumat mengungkapkan perempuan di dunia film mengalami perkembangan luar biasa baik dari segi jumlah perempuan yang bekerja di bidang film, maupun tema film yang secara kritis mengangkat kehidupan atau masalah-masalah sosial yang dihadapi perempuan


"Ketika perfilman Indonesia belum mengalami mati suri, dulu ketika masih ada Departemen Penerangan, ada aturan bila perempuan ingin menjadi sutradara, maka dia harus mengikuti sistem berjenjang dulu. Misalnya harus beberapa kali menjadi pencatat adegan dulu, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi sutradara, perlu perjuangan yang panjang," katanya.

Peraturan semacam itu, lanjutnya, membuat jumlah perempuan yang menjadi sutradara, produser, atau yang berperan dalam pengambilan keputusan sangat minim. Kalaupun ada perempuan yang bekerja di bidang film, sebagian besar masih sebagai pencatat adegan atau keberlangsungan adegan saja.

"Selain persoalan sistemnya, dulu banyak orangtua menganggap dunia film tidak cocok untuk anak-anak perempuan mereka. Dunia film dianggap tidak punya masa depan dan suram. Ketika saya kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta, red) teman saya yang perempuan yang satu angkatan di bidang film hanya tiga orang, sementara sekarang jumlahnya bisa 50 persen dari jumlah total mahasiswa," katanya.

Ia menambahkan, sekarang ini setelah perfilman Indonesia bangkit kembali, banyak sineas perempuan yang menonjol dan sukses lewat karya-karyanya. Mereka diantaranya adalah Mira Lesmana, Shanti Harmain, Christine Hakim, dan Nia Dinata.

"Mereka bisa menempati posisi yang sebelumnya hanya didominasi kaum pria, seperti misalnya Mira Lesmana, Christine Hakim, dan Nia Dinata yang menjadi produser, sutradara, dan juga pengambil keputusan penting dalam sebuah film," katanya.

Nan T Achnas adalah sutradara perempuan Indonesia yang karya filmnya banyak mendapatkan penghargaan di berbagai festival film international. Bersama dengan Riri Riza, Mira Lesmana dan Rizal Mantovani membuat sebuah film yang berjudul "Kuldesak" pada tahun 1998.

Pada 2001 ia membuat film "Pasir Berbisik" yang mendapatkan delapan penghargaan dari berbagai Festival Film Internasional, antara lain Rotterdam International film Festival, Pusan International Film Festival, Seatle International Film Festival, Deauville International Film Festival - Perancis, Asian Pasific International Film Festival.

Selanjutnya pada 2003, Nan membuat film "Bendera" yang mendapatkan penghargaan di Tokyo International film Festival. Filmnya yang lain berjudul "The Photograph" di rilis tahun 2007, skenarionya mendapatkan empat dana pembiayaan film dari Fond Sud-Pemerintah Perancis, Goteborg International film festival, Prince Claus Award-Belanda dan Locarno International Film Festival.




0 komentar:

© 2008 Por *Templates para Você*