Sang profesor ekonomi itu menyedot mata sekujur negeri. Mengenakan celana hitam, batik merah panjang, berpeci hitam, dia berdiri di atas podium itu. Sabuga, Bandung, Jawa Barat.
Dalam deklarasi Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono sebagai pasangan calon presiden pemilihan umum 2009 itu, wajah sang guru besar ini terlihat sumringah, tapi tetap tenang, juga tetap bersahaja.
Dan ini bukanlah Boediono yang biasa kita jumpai. Yang irit bicara, doyan jawaban pendek-pendek, yang bikin kesel para reporter karena suka menghindar jika ditanya.
Dihadapan dua ribu orang malam itu, Boediono polos mengaku,”Saya tahu penunjukan diri saya penuh kontroversi.” Dengan aksentuasi yang tegas dia melanjutkan bahwa silang pendapat itu adalah buah dari demokrasi yang hidup.
“Sebagai hasil dari reformasi yang ditebus dengan badan dan jiwa mahasiswa Indonesia 10 tahun lalu,”katanya.Tepuk tangan hadirin bergemuruh.
Kontroversi,memang sudah menyergap Boediono sejak namanya dipastikan menjadi calon wakil presiden. Partai Amanat Nasional(PAN) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengirim protes keras.
Mereka menggelar pertemuan di sejumlah tempat. Di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Hotel Nikko di Jakarta Pusat. Rekan koalisi Partai Demokrat itu memang sudah mengajukan nama calon wakil presiden.
Anis Matta, Sekretaris Jenderal PKS, menegaskan bahwa setiap partai peserta koalisi sudah mengajukan calon wakil presiden. Tapi itu tidak direken Yudhoyono. Padahal, kata Anis, ini menyangkut pilihan konstituen. Keinginan arus bawah agar kader-kader PKS bisa bekerja. Kalau memilih Boediono, “Mereka tidak merasa terwakili sama sekali."
Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional, Zulkifli Hasan, juga kaget dengan munculnya nama Boediono. PAN sendiri mengharapkan SBY atau Demokrat memilih calon wakil presiden yang disetor partai politik. "Munculnya Boediono ini mengejutkan. Saya khawatir militansi kader-kader partai akan mengendor karena munculnya Boediono," kata Ketua Fraksi PAN di parlemen itu.
Protes terbuka itu lah yang membuat Yudhoyono mengundang pimpinan tiga partai koalisi bertandang ke Wisma Negara, Selasa malam lalu. Di sana dijelaskan alasan memilih Boediono. "Kami sudah menjelaskan alasannya," kata Andi Mallarangeng, salah satu ketua Partai Demokrat. Tapi PKS absen dari pertemuan itu.
Sejumlah unjuk rasa menentang Boediono juga digelar sekelompok mahasiswa. Rupa-rupa alasannya. Sebagian menolak karena Boediono dianggap sebagai pewaris aliran ekonomi neoliberal, yang bertahun-tahun mengurung ekonomi rakyat di bawah ketiak modal asing.
Tapi di Sabuga Jumat malam itu, hampir semua petinggi partai koalisi hadir. Juga Presiden PKS Tifatul Sembiring. Dari atas podium Boediono menjawab langsung ke titik kontroversi itu. Perekonomian kita, katanya, tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada pasar bebas.
Perlu intervensi dengan aturan main yang jelas dan adil. Dan alat untuk melakukan intervensi itu adalah negara. Hanya saja, “Negara tidak boleh terlalu campur tangan, tapi juga tidak boleh tidur.”
Di awal abad ke 20, lanjutnya, Bung Karno di kota Bandung ini menyatakan “Indonesia Mengugat”. Waktu itu Indonesia mengugat penjajahan. Kini yang kita gugat adalah penjajahan oleh kekuatan luar dan dari dalam yang membuat kita merasa terpuruk.
Mencapai semua harapan itu Boediono berjanji bekerja keras. “Mulai hari ini,” katanya menutup pidato malam itu. Gempita tepuk tangan membahana.
Satu per satu tamu pergi meninggalkan gedung itu. Di atas panggung bersama istrinya Herawati, Boediono terlihat akrab berbincang dengan Tifatul Sembiring. Cukup lama, lalu cipika-cipiki.
Cikeas, kata sumber VIVANews, mulai menghitung nama Boediono setelah pemilihan legislatif digelar. Pertengahan April lalu, kata sumber itu, setelah hasil quick count sejumlah lembaga survei mengunggulkan Partai Demokrat, SBY mengutak-atik calon wakil presiden.
Yang hadir dalam pembahasan itu cuma orang-orang dekat SBY. Bahkan pasukan pengaman yang selalu mengawalnya tidak boleh hadir.Tampaknya sang calon presiden Demokrat itu hendak menjaga perasaan banyak kandidat Cawapres yang gencar mendekat ke Cikeas saat itu. “Dia tak mau pembicaraan itu bocor sedikitpun,” kata sumber itu.
Senin, 18 Mei 2009
Mengapa SBY Memilih Boediono
Diposting oleh aiii_zha.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar